Thursday, June 21, 2012

Evaluasi kinerja m.k. Paedagogi


Dari mata kuliah Paedagogi ini, saya mendapatkan banyak teori yang bermanfaat mengenai hal-hal yang harus diperhatkan dalam mengajari anak. Pada awalnya sepertinya tidak ada yang khusus dari mata kuliah ini, hanyalah serangkaian teori saja. Tetapi saat dipraktekkan, ternyata teori-teori tersebut sangat berguna. =)) *dan untuk mempraktekkannya juga tidak mudah ~

Saran saya untuk mata kuliah ini adalah, ada baiknya jika setiap minggu ataupun 2 minggu sekali, setiap kelompok secara bergantian mempraktekkan simulasi mengajar dan dosen langsung memberikan feedback atas simulasi tersebut. Kegiatan seperti ini akan membuat mahasiswa menjadi lebih terbiasa lagi untuk mengajar di depan kelas, dan mendapatkan pengetahuan tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan berdasarkan feedback yang diberikan oleh dosen. Kegiatan ini juga akan membuat mahasiswa tidak kaku lagi ketika harus benar-benar berhadapan dengan murid. Karena jika performansi mahasiswa kurang baik saat melakukan praktek microteaching di sekolah, maka sekolah tersebut juga akan memberikan penilaian tersendiri untuk mahasiswa Psikologi ini.

Akhir kata, thanx untuk Bu Dina sebagai dosen pengampu mata kuliah ini yang telah cukup sabar menghadapi kami selama satu semester.. :D Mohon maaf  juga atas segala kesalahan kami selama mengikuti kelas ini (yang sering tidak menjawab ketika diberi pertanyaan).. >_<

Sunday, June 3, 2012

Review Presentasi Micro Teaching


·         Pertanyaan:
1.      Mengapa kelompok memilih games yang demikian, jika dikaitkan dengan mata pelajaran bahasa Inggris yang dipilih kelompok untuk diajarkan ke anak didik? Mengapa menggunakan gambar saat menjalankan proses micro teaching?

Kelompok tidak mengaitkan pemberian games dengan mata pelajaran bahasa Inggris yang diajarkan. Keduanya memiliki tujuan masing-masing. Dimana, pemberian pelajaran bahasa Inggris sebagai upaya pemberian tambahan belajar bahasa Inggris selain di sekolah. Selain itu, anak didik lebih termotivasi belajar bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Berbeda dengan tujuan belajar bahasa Inggris, games ini dipilih untuk melatih kekompakan, bekerja dalam tim, dan kecepatan.



Walaupun ada 2 anak yang sudah duduk di kelas 1 SMP ikut serta dalam kegiatan microteaching ini, mereka tidak merasa risih dengan metode penggunaan gambar saat pengajaran bahasa Inggris berlangsung. Media gambar sebenarnya cocok untuk anak dari berbagai usia, tidak hanya untuk anak usia dini saja. Mengajari kosakata bahasa Inggris melalui media gambar, akan membantu murid untuk lebih mudah mengingat kosakata tersebut. Misalnya kosakata ‘artist’, anak-anak sebagian besar akan mengira bahwa artinya adalah artis/aktor, padahal arti sebenarnya adalah seniman. Dengan adanya gambar seseorang yang berada di depan kanvas, yang memegang kuas di satu tangan dan memegang piring cat di tangan satunya lagi, akan semakin mempermudah anak-anak untuk mengingat arti dari kosakata tersebut, karena otak kanan juga turut berperan di sini.

2.      Pada tujuan dari micro teaching disebutkan bahwa kelompok memotivasi peserta untuk belajar bahasa inggris, apa realisasinya?

Pada praktiknya, kami memang tidak terlalu memunculkan bagaimana kami memotivasi secara nyata. Namun, kelompok membuat pelajaran bahasa Inggris tersebut menjadi sesuatu yang menarik sehingga mind set mereka yang menganggap kalau Inggris itu tidak seru kita ubah menjadi pikiran yang menganggap kalau bahasa Inggris merupakan pelajaran yang menarik untuk dipelajari. Kemudian, untuk anak-anak yang mengganggap kalau pelajaran bahasa Inggris adalah pelajaran yang terlalu mudah ataupun menyepelekannya, kelompok berusaha mengubah pikiran tersebut bahwa ternyata pelajaran bahwa pelajaran bahasa Inggris bukan pelajaran yang sekedar mengetahui bahasa tanpa arti, atau mengetahui arti tanpa mengetahui kata-katanya ketika dieja, bahkan dibutuhkan pemahaman yang mendalam sampai kepada struktur dari sebuah kata, bagaimana cara mengeja, bagaimana ketika dibaca, kemudian bagaimana bentuknya di dalam kehidupan nyata, sampai bagaimana kata tersebut menjadi sebuah bagian dari kalimat sampai kepada bagian dari sebuah percakapan (conversation). Ditambah lagi, kelompok juga memotivasi peserta dengan terlebih dahulu menyampaikan apa cita-cita mereka dan sesekali memberikan pujian terhadap cita-cita mereka tersebut.

3.      Kelompok memberi reward ekstra pada anak yang mau menjawab pertanyaan namun memberinya juga pada anak yang tidak mau menjawab pertanyaan yang kelompoik anggap itu sebagai cara untuk membujuk. Kenapa kelompok melakukannya? Bukankah terkesan sama saja?

Kelompok melakukan itu dengan maksud menunjukkan bahwa ini semua proses belajar yang dialami bersama. Peserta didik juga tentunya ingin diperlakukan sama karena tidak semua anak berani tampil dan kami mengerti itu. Namun kembali ke esensi dari micro teaching ini kalau kami hanya membiarkan anak itu terus berdiam diri tanpa mendapatkan apa-apa, sama saja nol. Maka dari itu, kami berusaha membujuknya dengan cara memberi reward ekstra agar mereka semua bisa belajar bersama.


·         Pada mulanya, partisipan kegiatan ini berjumlah 8 orang. Sampai di tengah pelajaran (sekitar 20 menit setelah pengajaran berlangsung), ada tambahan 3 orang partisipan lagi. Mereka agak telat bergabung karena harus latihan nyanyi terlebih dulu di lantai atas. Kami meminta mereka untuk maju memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum duduk. Awalnya mereka masih bingung pelajaran apa yang sedang berlangsung. Tetapi tidak sampai 5 menit, mereka sudah mampu beradaptasi dan ikut menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh pengajar.

·         Kelompok tidak memperkirakan ternyata ada 2 partisipan yang sudah duduk di kelas 1 SMP. Walaupun demikian, kami tetap berusaha untuk menyemangati mereka agar turut aktif dalam kegiatan microteaching ini. Pendekatan kepada mereka dilakukan secara lebih pribadi, misalnya salah seorang anggota (yang tidak sedang mengajar di depan) mendekati mereka satu per satu dan memberi mereka semangat untuk menjawab pertanyaan. Meskipun pada awalnya mereka masih malu-malu, tapi dengan adanya motivasi yang terus menerus dari anggota, akhirnya mereka berani juga untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. 

Thursday, May 17, 2012

Laporan Pelaksanan Micro Teaching (Revisi)

Anggota Kelompok 6 :

Konsep : Belajar sambil bermain

A.      Pendahuluan


Latar Belakang

Guru ataupun pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dan perlu diperhatikan secara serius. Tidak hanya ilmu dan pengetahuan yang dilihat dan dipelajari seorang murid terhadap gurunya, namun sikap dan moral juga akan dicontoh oleh murid. Mengajar bukanlah suatu kegiatan yang mudah, hal ini memerlukan pengetahuan dan praktik mengajar yang baik.

Ilmu Paedagogi sangat diperlukan untuk menjadi pedoman dalam mengajar. Dalam Paedagogi, mengajar bukan hanya sebatas memiliki ilmu dan menyampaikan ilmu tersebut, namun terdapat seni Paedagogi untuk mengajar. Perlu diperhatikan juga cara menyampaikan ilmu tersebut, interaksi, improvisasi, dan ekspresi. Intinya, kegiatan pembelajaran sesungguhnya merupakan kombinasi antara ilmu dan seni.

Selain itu, tidak hanya mempelajari teori Paedagogi, namun harus mengetahui dan mempelajari praktik Paedagogi. Dengan kata lain, tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Paedagogi dapat memfasilitasi dan menjadi pedoman bagi calon guru dan juga guru ataupun pengajar.

Hal ini berhubungan dengan konsep micro teaching, dimana Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar. Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengajar untuk melatih kemampuan interaksi nya dengan murid dan juga sarana untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pengajaran yang lebih kompleks yaitu kelas yang sebenarnya. Disinilah kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu menjadi seni mengajar dan mempraktikkan teori yang telah dipelajari.

Pelajaran yang diajarkan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman yang serba canggih ini, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang sangat penting. Sebagian besar alat elektronik seperti komputer, ipad, dan lain sebagainya juga menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa perangkatnya.  Bahasa Inggris adalah world language yang dapat digunakan hampir di seluruh dunia. Sangat banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika dapat menguasai bahasa Inggris, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Termasuk ketika searching di dunia maya, sangat banyak artikel, karya ilmiah, ataupun hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Inggris yang dapat menambah wawasan kita.

Anak-anak diharapkan mempunyai kesempatan mempelajari bahasa internasional ini sejak dini. Jika sejak kecil sudah dipelajari, maka akan menjadi bekal yang sangat berguna baginya setelah dewasa. Oleh sebab itulah, pelajaran yang diberikan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tingkat kesulitan yang diberikan juga disesuaikan dengan kemampuan mereka. Tujuan pelaksanaan micro teaching ini salah satunya adalah agar anak dapat lebih termotivasi lagi untuk belajar bahasa Inggris setelah mereka mengetahui pentingnya bahasa Inggris untuk masa depan mereka.

Tujuan :
1. Agar anak-anak mendapatkan vocabularies baru dalam bahasa Inggris
2. Anak-anak diharapkan mampu serta berani tampil dan berbicara di depan kelas
3. Dari kegiatan bermain game, diharapakan anak-anak mampu mencerna dan mengungkapkan manfaat dari bermain game tersebut.

Manfaat :
1. Memberikan materi tambahan pelajaran bahasa Inggris selain yang telah mereka dapatkan di sekolah
2. Melatih kekompakan dan bekerja sama dalam tim.

B.      Landasan Teori

-  Paedagogi praktis

Penting untuk kita ketahui bahwa Paedagogi bukan hanya sekedar memahami pengertiannya, namun  juga bagaimana pengaplikasiannya. Hal inilah yang melahirkan apa yang disebutkan sebagai Paedagogi Praktis. Salah satu fungsi penelitian paedagogis adalah untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan ini melahirkan paedagogi praktis.

The application on our micro teaching activity
Kita semua telah mengetahui bagaimana keberadaan paedagogi itu, sekarang tinggal bagaimana kita mengaplikasikannya. Ada beberapa pengaplikasian berdasarkan unsur paedagogis dalam kegiatan microteaching yang kami lakukan. Sebagai contoh bagaimana kami sebagai tim pengajar membentuk sebuah konsep mengajar kepada anak-anak agar mereka memahami materi ajar. Dalam hal ini, kami mengadakan beberapa tahapan untuk dapat memahami beberapa pekerjaan dalam bahasa Inggris. Kami memulai dengan:
1.  Menunjukkan media ajar : Media ajar dalam artian kami sengaja
    menyiapkan gambar pendukung. (cth: gambar seorang pilot kemudian
    pada bagian bawah tertera bahasa Inggris dari Pilot yakni PILOT).
2.  Memberikan contoh cara membaca : Kami kemudian membacakan dengan
    jelas dan tegas bagaimana kata “PILOT” dalam bahasa Inggris dibacakan.
3.  Mengajak peserta didik untuk mengulang bagaimana cara
    membacakan kata “PILOT”
4.  Meminta peserta didik untuk mengeja ke dalam bahasa Inggris.
Tahapan ini kami lakukan karena penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, agar tidak juga terlalu cepat dalam memberikan bahan ajar dan juga tidak terlalu lambat sehingga peserta didik mampu memahami dan mengingat untuk selanjutnya.

Prinsip-prinsip Proses Paedagogis

Beberapa prinsip-prisip Paedagogis adalah:
1. Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis (Addine, 2001), dalam artian bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur. Seperti apa yang telah kami lakukan, bahwa kami membagi proses mengajar kami menjadi 3 bagian yakni:
·         Ice breaking atau pengenalan
Dalam bagian ini kami masing-masing sebagai pendidik memperkenalkan diri kemudian juga kami meminta para peserta didik untuk memperkenalkan diri mereka. Kami juga menanyakan bagaimana ketertarikan mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris, bagaimana nilai yang mereka peroleh di sekolah untuk setiap mata pelajaran Bahasa Inggris, dll. Hal ini kami lakukan tentunya dengan maksud agar antara kami sebagai pengajar dan para peserta didik dimulai dengan sesuatu yang ringan sehingga untuk proses selanjutnya akan menjadi lancar.
·         Memasuki materi ajar
Bagian yang kedua ini sudah kami mulai dengan materi ajar. Dimana kami mulai dengan menunjukkan media ajar (gambar), kami membacakanpronunciation atau bagaimana cara pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris, kemudian meminta peserta didik untuk mengeja, selanjutnya meminta mereka untuk menuliskan kalimat menggunakan kata-kata yang sudah dipaparkan sebelumnya. Peserta didik yang aktif (yang mampu menjawab, mau menulis kalimat di papan tulis) kami berikan bintang sebagai penghargaan.
·         Penutup
Pada bagian ini kami mengadakan games, nah ini adalah hal yang paling dinantikan oleh peserta didik kami. Games kami berikan untuk membukakan suatu pelajaran bagi mereka. Pada akhir dari games, kami meminta beberapa anak untuk memberikan pendapat mereka mengenai pelajaran apa yang mereka dapatkan melalui games yang kami berikan (dalam hal ini games yang kami berikan adalah estafet karet) dan para peserta didik banyak memberikan pendapat dimana games ini mengajarkan mereka untuk mengontrol emosi mereka, mengikat kebersamaan, kesabaran, dsb hingga pada bagian akhir kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi para peserta didik pada hari itu.

2. Adanya kekhususan atau karakteristik yang berbeda pada setiap anggota yang memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati

Dalam proses micro teaching yang kami lakukan, terdapat beberapa anak yang sangat aktif dan bahkan ada yang sangat pemalu. Kami tentunya berusaha untuk memberikan taktik-taktik tertentu. Misalkan untuk anak yang sangat aktif, kami tidak menutup kesempatan untuk mereka mengutarakan jawaban atau komentar mereka namun pada sesi yang lain kami juga membatasi si penjawab dengan maksud agar anak lain yang belum menjawab juga mempunyai kesempatan untuk menjawab. Sedangkan untuk anak yang sangat pemalu, kami secara khusus sering menyebut nama mereka untuk menjawab atau sekedar memberikan komentar, terkadang kami juga perlu usaha yang extra untuk meminta mereka menjawab seperti membujuk mereka, mendekati kursi mereka dan meminta mereka menjawab, atau sekedar membisikkan kepada mereka kata-kata semangat kalau mereka juga mampu seperti anak-anak lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.

3. Istilah pendidik dan pengajar tidak dapat dipertukarkan tetapi saling melengkapi

Prinsip ini mengarah kepada pengertian bahwa ketika seseorang menempuh pendidikan, maka ia harus menjalani proses pembelajaran yang baik.

4. Proses paedagogis menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering

Hal ini berarti bahwa proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Jadi seorang peserta didik mungkin saja mempunyai pemahaman sendiri bagaimana dunia di sekitarnya dan dunianya sendiri sehingga pemahaman inilah yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana mereka bertindak serta merasakan sesuatu.

5. Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait satu sama lain.


-Paradigma Belajar

Paradigma adalah cara yang diterima untuk melihat dunia, yang tumbuh dari pertanyaan-pertanyaan , pengamatan, dan analisis dari berbagai bentuk usaha ilmiah. Paradigma guru yang berbeda-beda membuat strategi yang dibuat oleh guru juga berbeda. Pembelajaran akan menjadi lebih efektif ketika guru telah benar-benar memahami proses belajar oleh murid dan guru telah mempersiapkan strategi dalam mengajar.  Lima strategi mengajar yaitu:

1.       Pelatihan dan pelatihan lanjut
Yaitu mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan yang jelas dan melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah tertentu yang telah disusun.
2.       Ceramah dan menjelaskan
Yaitu mengajar murid dengan cara yang mudah dipahami dan diingat oleh murid.
3.       Mencari dan menemukan
Yaitu keterampilan berpikir dan berusaha untuk melakukan pemecahan masalah secara kreatif.
4.       Kelompok dan tim
Yaitu antara anggota saling berbagi informasi dan bekerja sama dengan baik.
5.       Pengalaman dan refleksi
Yaitu mendorong siswa mengaplikasikan pelajaran yang telah didapatkan dalam lingkungan sehari-hari.

Kelima strategi tersebut berguna untuk mengorganisasi kegiatan pembelajaran. Melalui strategi ini, diharapkan guru dapat menjadi lebih efektif lagi dalam melaksanakan tugasnya

Penerapan:

      1. Pengajar yang mengajarkan bahasa Inggris harus terlebih dulu menguasai bahasa Inggris, kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan bahan yang sesuai untuk anak-anak yang akan diajar. Bahan yang diajarkan juga disusun secara sistematis, mulai dari membaca vocabulary (kosakata), spelling (mengeja), memberitahu meaning (arti), serta penerapannya dalam sentence (kalimat).
      2. Pengajar menjelaskan sesuai urutan dan murid juga diajari cara mengingat dengan mudah. Misalnya, artist (seniman) berasal dari kata dasar art yang artinya seni.
      3. Murid diminta untuk mencari kata dasar lainnya yang dapat dijadikan occupation (pekerjaan), misalnya kata teach (mengajar) ditambahkan akhiran “er”, menjadi teacher (guru). Setelah bermain game murid diminta untuk mengutarakan apa yang dapat dipelajari dari permainan tersebut, dengan tujuan mengembangkan keterampilan berpikir murid.
      4. Antara pengajar yang satu dengan lainnya saling berkoordinasi dengan baik sehingga masing-masing sudah mengetahui kapan gilirannya untuk maju ke depan.
      5. Siswa dimotivasi untuk menggunakan kosakata yang telah dipelajari ketika ngobrol dengan temannya.

C.      Alat dan Bahan
Dalam melakukan microteaching ini, adapun alat dan bahan yang kami perlukan yaitu :
1.         Gambar (alat peraga)
2.         White Board dan Spidol
3.         Kamera digital
4.         Sedotan
5.         Karet gelang
6.         Bintang dari kertas
7.         Beberapa hadiah (reward)

D.      Peserta

Yang akan menjadi peserta dalam kegiatan microteaching ini adalah anak-anak sekolah minggu di Gereja Katolik Santa Maria Ratu Rosario (Jl. Binjai Km 8,5), yang berjumlah 10 anak.

E.      Jadwal Kegiatan

No.
Kegiatan
Waktu
1.
Diskusi Perencanaan
2 April 2012
2.
Revisi Perencanaan
9 April 2012
3.
Microteaching
20 April 2012
4.
Posting Hasil
30 April 2012


F.      Biaya yang Dikeluarkan



Reward
Bolu
Laminating
Tissue
Rp. 13.500,-
Rp. 32.000,-
Rp. 35.000,-
Rp. 2.750,-
Total
Rp. 83.250,-


G.     Laporan

Microteaching yang telah dilaksanakan oleh kelompok kami berjalan lancar. Mulai dari perancanaan hingga pelaksanaan. Adapun hasil yang dapat kami sampaikan selama microteaching adalah anak-anak merupakan individu yang sangat pemalu ketika bertemu dengan orang yang baru ia kenal. Namun setelah saling mengenal beberapa saat mereka akan sangat bersemangat dan enerjik. Seperti yang kami alami ketika melaksanakan microteaching, pada awalnya untuk meminta mereka mengenalkan diri di depan kelas saja sangat sulit. Namun kami terus berusaha mendekatkan diri dengan mereka dengan melakukan icebreaking di awal pertemuan agar suasana mencair seperti bernyanyi bersama, menanyakan latar belakang pendidikan mereka, sudah sampai mana mereka mempelajari bahasa Inggris karena itu merupakan bahan ajar kami selama microteaching.

Setelah melakukan icebreaking, kami mulai memasuki sesi belajar. Mereka mulai bersemangat merespon kami. Setiap ada pertanyaan mereka berebut menjawabnya walaupun masih ada beberapa yang masih malu-malu. Kemudian kami mulai memancing semangat mereka lagi dengan memberikan reward setiap jawaban pertanyaan benar atau berani mempraktekkan percakapan bahasa Inggris di depan kelas.

Selesai sesi belajar, kami memasuki sesi akhir yaitu game. Sepertinya ini merupakan sesi favorit mereka dan yang paling ditunggu-tunggu. Mereka sangat bersemangat hingga kelas menjadi kurang kondusif pada awal sesi ini. Namun kami berhasil menanganinya hingga game ini berjalan mulus dan menyenangkan.

Akhirnya micro teaching pun selesai. Kami memberikan reward seadanya pada adik-adik peserta microteaching sebagai rasa terima kasih kami pada mereka yang telah mau meluangkan waktu untuk bersedia menjadi peserta microteaching ini. Kemudian ditutup dengan salam-salaman.

Dari praktiknya, kami telah mencoba melakukan pedagogi praktis yang menjadi salah satu dasar kami dalam melakukan microteaching ini. Kemudian kami melakukan beberapa prinsip pedagogis seperti membuat materi yang terstruktur mulai dari pengenalan hingga akhir sesi yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Kami juga telah berusaha menjadi komunikator yang baik agar peserta dapat mengerti dan mengikuti microteaching sesuai dengan apa yang diharapkan jika dihubungkan dengan landasan teori yang digunakan.

H.      Evaluasi

Dari perencanaan hingga pelaksanaan microteaching ini memang ada banyak yang tidak sesuai harapan. Seperti pelaksanaan yang telah direncanakan dilakukan di minggu pertama april harus bergeser ke minggu ketiga april tepatnya seusai ujian tengah semester. Ini terjadi karena anggota kelompok sibuk dengan persiapan menghadapi ujian hingga kami sepakat melakukan pelaksanaan seusai ujian. Karena pengunduran pelaksanaan, berimbas juga pada pengolahan hasil microteaching, edit video, dan lain-lain. selain itu, peserta didik pada awalnya adalah siswa tk menjadi anak sekolah minggu salah seorang anggota kelompok. Pertukaran terjadi karena sudah adanya kepastian dari anak-anak sekolah Minggu ini, sehingga kami tidak perlu membuatkan surat izin lagi dari kampus. Tapi dari pelaksanaannya tidak ada kendala yang menghambat prosesnya seperti yang telah dikemukakan pada bagian Laporan. Berikut ini adalah perubahan jadwal yang terjadi dalam pelaksanaan.





I.       Testimoni

Dede Suhendri
Seru dan melelahkan! Seru mengajar anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Anak-anak yang kami ajarkan juga aktif, sehingga proses belajar mengajar pun sangat menyenangkan. Memberi reward jika menjawab dengan baik dan benar, bernyanyi, bermain games, seru deh pokoknya. Melelahkan, karena perjalanan jauh, mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan, ngajarnya sore hari, pulang malam hari. Hehehe..

Yoseva Okta Marini
Menurut saya , kegiatan microteaching ini sangat menantang dan menyenangkan pastinya. Adapun yang menjadi partisipannya adalah anak sekolah minggu digereja saya dimana saya yang menjadi pembina mereka. Jadi mereka sudah akrab tentunya dengan saya, dan saat belajar pun mereka tidak terlalu kaku dan tegang. It’s Fun :)

Vera Gandhi
Kalau tidak ada kegiatan micro teaching, sepertinya aku akan melewati mata kuliah paedagogi ini dengan hanya teori saja yang terisi di kepala, yang mungkin juga akan kulupakan di semester berikutnya. Hehe.. Melakukan kegiatan ini memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat teori yang telah dipelajari menjadi berguna. Esensi ketika teori tersebut hanya dibaca saja dengan saat teori tersebut akan diaplikasikan, terasa sangat berbeda. Pada awalnya terasa sedikit sulit mencari cara bagaimana menerapkannya, apalagi ada beberapa bagian dari teori yang agak susah dimengerti. Tetapi dengan adanya diskusi kelompok dan setiap orang berusaha menyumbangkan ide-idenya, akhirnya kami dapat merampungkan aktivitas ini dengan sukses. =D

Reza Indah Pribadi
Banyak hal yang saya rasakan ketika melakukan microteaching ini. Mulai dari perencanaan konsep yang harus dibuat dengan hati-hati hingga pelaksanaan yang melelahkan namun seru. Perencanaan kami lakukan dengan penuh pertimbangan agar tetap dapat dilakukan dalam konteks teori dalam pedagogi. Tidak sembarangan, begitulah singkatnya. Merencanakan semuanya mulai dari siapa yang akan diajar, konsep, jadwal, urutan teaching, apa yang akan diajarkan, reward yang diberikan, dan lain sebagainya. Itu semua dilakukan dalam diskusi berkali-kali. Bagian pelaksanaan merupakan bagian yang paling dinanti tentunya. Ada sekitar 10 orang anak dengan latar belakang pendidikan mulai dari sd hingga smp. Tentunya ada banyak juga sifat-sifat mereka yang harus dihadapi selama proses pengajaran. Ada yang pemalu, nakal, cerewet, dan berani. Sudah menjadi tugas kami untuk dapat mengajar dan mengaplikasikan teori pedagogi dalam keberagaman tersebut. Itulah yang menjadikannya menarik dan tidak membosankan. Ketika menghadapi anak pemalu kami harus bisa memotivaisnya untuk berani tampil ketika diminta atau hanya sekedar memberi pendapatnya. Untuk anak yang cerewet dan berani kami berusaha memberi kesempatan untuknya mengeluarkan sifatnya itu seperti memintanya bercerita di kelas. Walaupun pada awalnya suasana masih kaku, kami berusaha mengadakan ice breaking agar mereka merasa nyaman selama proses microteaching berlangsung. Akhirnya mereka merasa cukup nyaman dan aktif sehingga membuat kelas tidak membosankan dan menarik untuk diajari.

Olga Septania
Microteaching yang kita adakan kemarin merupakan kegiatan yang sangat menarik. Awalnya saya berpikir kalau kegiatan ini akan sangat mudah untuk dijalankan, ternyata pada kenyataanya berjalan sedikit kompleks. Kemarin kami mengajar sekita 10-12 orang anak-anak dari kelas 1 SD-1SMP. Begitu banyak jenis kepribadian anak-anak yang kami ajar, mulai dari yang sangat berani sampai kepada anak yang sangat pemalu. Ada yang sangat suka untuk menjawab pertanyaan (kalau perlu semua pertanyaan ingin dijawabnya) tetapi ada yang lebih memilih untuk duduk diam sambil terpaku dengan penjelasan kami. Kegiatan microteaching ini merupakan kegiatan yang sangat menantang, kami ditantang untuk menjadi pengajar yang mengerti bahan ajar dan bagaimana kami mentransformasikan ilmu kepada peserta didik. Kami ditantang juga untuk dapat berimprovisasi saat berada di kelas, ada kalanya peserta didik ingin diberikan stimulus yang lain (lain dari yang kami ajarkan) sehingga kami perlu memikirkan stimulus lain agar mereka merespon. Kegiatan kemarin sangat melatih kami menjadi pengajar yang bijak, kami berusaha untuk tetap terstruktur juga  harus berusaha agar tetap fleksibel dengan keadaan kelas. Kegiatan yang sudah kami rencanakan dari awal hingga akhir berjalan cukup lancar, tidak banyak hambatan yang membuat kami putus asa. Overall saya sangat beruntung pernah menjadi bagian dari kegiatan microteaching ini, saya belajar bahwa dalam mentransformasikan sebuah ilmu tidak diharuskan untuk menjalani suatu proses yang sangat kompleks dan menyulitkan tetapi cukup dengan cara yang sederhana namun tujuan yang tercapai yakni agar peserta didik mengerti dengan bahan ajar namun walaupun kemasan atau proses pengajaran yang sederhana.

Rosa Mentari Putri
3 kata yang bisa menggambarkan kegiatan micro teaching yang telah dilakukan kemarin : pengalaman, tantangan, dan pembelajaran. Hal ini tentu saja menjadi pengalaman yang sangat sangat sangat berharga untuk saya. Kegiatan ini adalah pengalaman pertama saya dalam mengajar secara formal walaupun tetap dalam suasana santai. Hal ini juga menjadi tantangan dalam menaklukan hati anak-anak yang beraneka ragam, ada yang manis, pintar, aktif, maupun pasif. Tantangan dalam mencari cara agar mereka lebih aktif dan dapat menerima pelajaran dengan baik. Dan hal ini menjadi pembelajaran agar ketika mengajar dilain waktu menjadi lebih baik, dan telah mengantongi beberapa taktik mengajar yang sepertinya disukai anak-anak. Hehehe.

J.     Dokumentasi Video

Monday, April 30, 2012

Laporan Pelaksanaan Micro Teaching

Anggota Kelompok 6:
Rossa Mentari Putri     (101301010)
Reza Indah Pribadi      (101301014)
Yoseva Okta Naibaho  (101301052)
Vera Gandhi               (101301057)
Dede Suhendri            (101301078)
Olga Septania             (101301082)

Konsep : Belajar sambil bermain

A.      Pendahuluan

Guru ataupun pengajar memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dan perlu diperhatikan secara serius. Tidak hanya ilmu dan pengetahuan yang dilihat dan dipelajari seorang murid terhadap gurunya, namun sikap dan moral juga akan dicontoh oleh murid. Mengajar bukanlah suatu kegiatan yang mudah, hal ini memerlukan pengetahuan dan praktik mengajar yang baik.

Ilmu Paedagogi sangat diperlukan untuk menjadi pedoman dalam mengajar. Dalam Paedagogi, mengajar bukan hanya sebatas memiliki ilmu dan menyampaikan ilmu tersebut, namun terdapat seni Paedagogi untuk mengajar. Perlu diperhatikan juga cara menyampaikan ilmu tersebut, interaksi, improvisasi, dan ekspresi. Intinya, kegiatan pembelajaran sesungguhnya merupakan kombinasi antara ilmu dan seni.

Selain itu, tidak hanya mempelajari teori Paedagogi, namun harus mengetahui dan mempelajari praktik Paedagogi. Dengan kata lain, tidak sekadar harus dipahami, melainkan juga mengetahui bagaimana cara mengaplikasikannya. Paedagogi dapat memfasilitasi dan menjadi pedoman bagi calon guru dan juga guru ataupun pengajar.

Hal ini berhubungan dengan konsep micro teaching, dimana Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar. Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan. Hal ini memberikan kesempatan bagi pengajar untuk melatih kemampuan interaksi nya dengan murid dan juga sarana untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pengajaran yang lebih kompleks yaitu kelas yang sebenarnya. Disinilah kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu menjadi seni mengajar dan mempraktikkan teori yang telah dipelajari.

Pelajaran yang diajarkan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman yang serba canggih ini, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang sangat penting. Sebagian besar alat elektronik seperti komputer, ipad, dan lain sebagainya juga menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa perangkatnya.  Bahasa Inggris adalah world language yang dapat digunakan hampir di seluruh dunia. Sangat banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika dapat menguasai bahasa Inggris, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Termasuk ketika searching di dunia maya, sangat banyak artikel, karya ilmiah, ataupun hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Inggris yang dapat menambah wawasan kita.

Anak-anak diharapkan mempunyai kesempatan mempelajari bahasa internasional ini sejak dini. Jika sejak kecil sudah dipelajari, maka akan menjadi bekal yang sangat berguna baginya setelah dewasa. Oleh sebab itulah, pelajaran yang diberikan dalam kegiatan micro teaching ini adalah bahasa Inggris. Tingkat kesulitan yang diberikan juga disesuaikan dengan kemampuan mereka. Tujuan pelaksanaan micro teaching ini salah satunya adalah agar anak dapat lebih termotivasi lagi untuk belajar bahasa Inggris setelah mereka mengetahui pentingnya bahasa Inggris untuk masa depan mereka.

B.      Landasan Teori

 Paedagogi praktis

Penting untuk kita ketahui bahwa Paedagogi bukan hanya sekedar memahami pengertiannya, namun  juga bagaimana pengaplikasiannya. Hal inilah yang melahirkan apa yang disebutkan sebagai Paedagogi Praktis. Salah satu fungsi penelitian paedagogis adalah untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan ini melahirkan paedagogi praktis.

The application on our micro teaching activity

Kita semua telah mengetahui bagaimana keberadaan paedagogi itu, sekarang tinggal bagaimana kita mengaplikasikannya. Ada beberapa pengaplikasian berdasarkan unsur paedagogis dalam kegiatanmicroteaching yang kami lakukan. Sebagai contoh bagaimana kami sebagai tim pengajar membentuk sebuah konsep mengajar kepada anak-anak agar mereka memahami materi ajar. Dalam hal ini, kami mengadakan beberapa tahapan untuk dapat memahami beberapa pekerjaan dalam bahasa Inggris. Kami memulai dengan:

  • Menunjukkan media ajar : Media ajar dalam artian kami sengaja menyiapkan gambar pendukung. (cth: gambar seorang pilot kemudian pada bagian bawah tertera bahasa Inggris dari Pilot yakni PILOT).
  • Memberikan contoh cara membaca : Kami kemudian membacakan dengan jelas dan tegas bagaimana kata “PILOT” dalam bahasa Inggris dibacakan.
  • Mengajak peserta didik untuk mengulang bagaimana cara membacakan kata “PILOT”
  • Meminta peserta didik untuk mengeja ke dalam bahasa Inggris.
Tahapan ini kami lakukan karena penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik, agar tidak juga terlalu cepat dalam memberikan bahan ajar dan juga tidak terlalu lambat sehingga peserta didik mampu memahami dan mengingat untuk selanjutnya.

Prinsip-prinsip Proses Paedagogis

Beberapa prinsip-prisip Paedagogis adalah:

1. Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis (Addine, 2001), dalam artian bahwa setiap proses paedagogis harus terstruktur. Seperti apa yang telah kami lakukan, bahwa kami membagi proses mengajar kami menjadi 3 bagian yakni:

  • Ice breaking atau pengenalan
Dalam bagian ini kami masing-masing sebagai pendidik memperkenalkan diri kemudian juga kami meminta para peserta didik untuk memperkenalkan diri mereka. Kami juga menanyakan bagaimana ketertarikan mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris, bagaimana nilai yang mereka peroleh di sekolah untuk setiap mata pelajaran Bahasa Inggris, dll. Hal ini kami lakukan tentunya dengan maksud agar antara kami sebagai pengajar dan para peserta didik dimulai dengan sesuatu yang ringan sehingga untuk proses selanjutnya akan menjadi lancar.
  • Memasuki materi ajar
Bagian yang kedua ini sudah kami mulai dengan materi ajar. Dimana kami mulai dengan menunjukkan media ajar (gambar), kami membacakanpronunciation atau bagaimana cara pelafalan kata-kata dalam bahasa Inggris, kemudian meminta peserta didik untuk mengeja, selanjutnya meminta mereka untuk menuliskan kalimat menggunakan kata-kata yang sudah dipaparkan sebelumnya. Peserta didik yang aktif (yang mampu menjawab, mau menulis kalimat di papan tulis) kami berikan bintang sebagai penghargaan.
  • Penutup
Pada bagian ini kami mengadakan games, nah ini adalah hal yang paling dinantikan oleh peserta didik kami. Games kami berikan untuk membukakan suatu pelajaran bagi mereka. Pada akhir dari games, kami meminta beberapa anak untuk memberikan pendapat mereka mengenai pelajaran apa yang mereka dapatkan melalui games yang kami berikan (dalam hal ini games yang kami berikan adalah estafet karet) dan para peserta didik banyak memberikan pendapat dimana games ini mengajarkan mereka untuk mengontrol emosi mereka, mengikat kebersamaan, kesabaran, dsb hingga pada bagian akhir kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi para peserta didik pada hari itu.

2. Adanya kekhususan atau karakteristik yang berbeda pada setiap anggota yang memiliki hak untuk dipertimbangkan dan dihormati

Dalam proses micro teaching yang kami lakukan, terdapat beberapa anak yang sangat aktif dan bahkan ada yang sangat pemalu. Kami tentunya berusaha untuk memberikan taktik-taktik tertentu. Misalkan untuk anak yang sangat aktif, kami tidak menutup kesempatan untuk mereka mengutarakan jawaban atau komentar mereka namun pada sesi yang lain kami juga membatasi si penjawab dengan maksud agar anak lain yang belum menjawab juga mempunyai kesempatan untuk menjawab. Sedangkan untuk anak yang sangat pemalu, kami secara khusus sering menyebut nama mereka untuk menjawab atau sekedar memberikan komentar, terkadang kami juga perlu usaha yang extra untuk meminta mereka menjawab seperti membujuk mereka, mendekati kursi mereka dan meminta mereka menjawab, atau sekedar membisikkan kepada mereka kata-kata semangat kalau mereka juga mampu seperti anak-anak lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.

3. Istilah pendidik dan pengajar tidak dapat dipertukarkan tetapi saling melengkapi

Prinsip ini mengarah kepada pengertian bahwa ketika seseorang menempuh pendidikan, maka ia harus menjalani proses pembelajaran yang baik.

4. Proses paedagogis menggamit prinsip bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering

Hal ini berarti bahwa proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan kesatuan dan hubungan antara kondisi manusia. Jadi seorang peserta didik mungkin saja mempunyai pemahaman sendiri bagaimana dunia di sekitarnya dan dunianya sendiri sehingga pemahaman inilah yang tentunya akan mempengaruhi bagaimana mereka bertindak serta merasakan sesuatu.

5. Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian saling terkait satu sama lain.

C.      Alat dan Bahan

Dalam melakukan microteaching ini, adapun alat dan bahan yang kami perlukan yaitu :
  • Gambar (alat peraga)
  • White Board dan Spidol
  • Kamera digital
  • Sedotan
  • Karet gelang
  • Bintang dari kertas
  • Beberapa hadiah (reward)
D.      Peserta

Yang akan menjadi peserta dalam kegiatan microteaching ini adalah anak-anak sekolah minggu di Gereja Katolik Santa Maria Ratu Rosario (Jl. Binjai Km 8,5), yang berjumlah 10 anak.

E.      Jadwal Kegiatan



F.      Biaya yang Dikeluarkan

Reward              : Rp. 13.500,-
Bolu                   : Rp. 32.000,-
Laminating        : Rp. 35.000,-
Tissue                : Rp.   2.750,-
Total                  : Rp. 83.250,-


G.     Laporan

Microteaching yang telah dilaksanakan oleh kelompok kami berjalan lancar. Mulai dari perancanaan hingga pelaksanaan. Adapun hasil yang dapat kami sampaikan selama microteaching adalah anak-anak merupakan individu yang sangat pemalu ketika bertemu dengan orang yang baru ia kenal. Namun setelah saling mengenal beberapa saat mereka akan sangat bersemangat dan enerjik. Seperti yang kami alami ketika melaksanakan microteaching, pada awalnya untuk meminta mereka mengenalkan diri di depan kelas saja sangat sulit. Namun kami terus berusaha mendekatkan diri dengan mereka dengan melakukan icebreaking di awal pertemuan agar suasana mencair seperti bernyanyi bersama, menanyakan latar belakang pendidikan mereka, sudah sampai mana mereka mempelajari bahasa Inggris karena itu merupakan bahan ajar kami selama microteaching.

Setelah melakukan icebreaking, kami mulai memasuki sesi belajar. Mereka mulai bersemangat merespon kami. Setiap ada pertanyaan mereka berebut menjawabnya walaupun masih ada beberapa yang masih malu-malu. Kemudian kami mulai memancing semangat mereka lagi dengan memberikan reward setiap jawaban pertanyaan benar atau berani mempraktekkan percakapan bahasa Inggris di depan kelas.

Selesai sesi belajar, kami memasuki sesi akhir yaitu game. Sepertinya ini merupakan sesi favorit mereka dan yang paling ditunggu-tunggu. Mereka sangat bersemangat hingga kelas menjadi kurang kondusif pada awal sesi ini. Namun kami berhasil menanganinya hingga game ini berjalan mulus dan menyenangkan.

Akhirnya micro teaching pun selesai. Kami memberikan reward seadanya pada adik-adik peserta microteaching sebagai rasa terima kasih kami pada mereka yang telah mau meluangkan waktu untuk bersedia menjadi peserta microteaching ini. Kemudian ditutup dengan salam-salaman.

Dari praktiknya, kami telah mencoba melakukan pedagogi praktis yang menjadi salah satu dasar kami dalam melakukan microteaching ini. Kemudian kami melakukan beberapa prinsip pedagogis seperti membuat materi yang terstruktur mulai dari pengenalan hingga akhir sesi yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Kami juga telah berusaha menjadi komunikator yang baik agar peserta dapat mengerti dan mengikuti microteaching sesuai dengan apa yang diharapkan jika dihubungkan dengan landasan teori yang digunakan.

H.      Evaluasi

Dari perencanaan hingga pelaksanaan microteaching ini memang ada banyak yang tidak sesuai harapan. Seperti pelaksanaan yang telah direncanakan dilakukan di minggu pertama april harus bergeser ke minggu ketiga april tepatnya seusai ujian tengah semester. Ini terjadi karena anggota kelompok sibuk dengan persiapan menghadapi ujian hingga kami sepakat melakukan pelaksanaan seusai ujian. Karena pengunduran pelaksanaan, berimbas juga pada pengolahan hasil microteaching, edit video, dan lain-lain. selain itu, peserta didik pada awalnya adalah siswa tk menjadi anak sekolah minggu salah seorang anggota kelompok. Pertukaran terjadi karena sudah adanya kepastian dari anak-anak sekolah Minggu ini, sehingga kami tidak perlu membuatkan surat izin lagi dari kampus. Tapi dari pelaksanaannya tidak ada kendala yang menghambat prosesnya seperti yang telah dikemukakan pada bagian Laporan.

I.       Testimoni

Dede Suhendri
Seru dan melelahkan! Seru mengajar anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Anak-anak yang kami ajarkan juga aktif, sehingga proses belajar mengajar pun sangat menyenangkan. Memberi reward jika menjawab dengan baik dan benar, bernyanyi, bermain games, seru deh pokoknya. Melelahkan, karena perjalanan jauh, mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan, ngajarnya sore hari, pulang malam hari. Hehehe..

Yoseva Okta Marini
Menurut saya , kegiatan microteaching ini sangat menantang dan menyenangkan pastinya. Adapun yang menjadi partisipannya adalah anak sekolah minggu digereja saya dimana saya yang menjadi pembina mereka. Jadi mereka sudah akrab tentunya dengan saya, dan saat belajar pun mereka tidak terlalu kaku dan tegang. It’s Fun :)

Vera Gandhi
Kalau tidak ada kegiatan micro teaching, sepertinya aku akan melewati mata kuliah paedagogi ini dengan hanya teori saja yang terisi di kepala, yang mungkin juga akan kulupakan di semester berikutnya. Hehe.. Melakukan kegiatan ini memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat teori yang telah dipelajari menjadi berguna. Esensi ketika teori tersebut hanya dibaca saja dengan saat teori tersebut akan diaplikasikan, terasa sangat berbeda. Pada awalnya terasa sedikit sulit mencari cara bagaimana menerapkannya, apalagi ada beberapa bagian dari teori yang agak susah dimengerti. Tetapi dengan adanya diskusi kelompok dan setiap orang berusaha menyumbangkan ide-idenya, akhirnya kami dapat merampungkan aktivitas ini dengan sukses. =D

Reza Indah Pribadi
Banyak hal yang saya rasakan ketika melakukan microteaching ini. Mulai dari perencanaan konsep yang harus dibuat dengan hati-hati hingga pelaksanaan yang melelahkan namun seru. Perencanaan kami lakukan dengan penuh pertimbangan agar tetap dapat dilakukan dalam konteks teori dalam pedagogi. Tidak sembarangan, begitulah singkatnya. Merencanakan semuanya mulai dari siapa yang akan diajar, konsep, jadwal, urutan teaching, apa yang akan diajarkan, reward yang diberikan, dan lain sebagainya. Itu semua dilakukan dalam diskusi berkali-kali. Bagian pelaksanaan merupakan bagian yang paling dinanti tentunya. Ada sekitar 10 orang anak dengan latar belakang pendidikan mulai dari sd hingga smp. Tentunya ada banyak juga sifat-sifat mereka yang harus dihadapi selama proses pengajaran. Ada yang pemalu, nakal, cerewet, dan berani. Sudah menjadi tugas kami untuk dapat mengajar dan mengaplikasikan teori pedagogi dalam keberagaman tersebut. Itulah yang menjadikannya menarik dan tidak membosankan. Ketika menghadapi anak pemalu kami harus bisa memotivaisnya untuk berani tampil ketika diminta atau hanya sekedar memberi pendapatnya. Untuk anak yang cerewet dan berani kami berusaha memberi kesempatan untuknya mengeluarkan sifatnya itu seperti memintanya bercerita di kelas. Walaupun pada awalnya suasana masih kaku, kami berusaha mengadakan ice breaking agar mereka merasa nyaman selama proses microteaching berlangsung. Akhirnya mereka merasa cukup nyaman dan aktif sehingga membuat kelas tidak membosankan dan menarik untuk diajari.

Olga Septania
Microteaching yang kita adakan kemarin merupakan kegiatan yang sangat menarik. Awalnya saya berpikir kalau kegiatan ini akan sangat mudah untuk dijalankan, ternyata pada kenyataanya berjalan sedikit kompleks. Kemarin kami mengajar sekita 10-12 orang anak-anak dari kelas 1 SD-1SMP. Begitu banyak jenis kepribadian anak-anak yang kami ajar, mulai dari yang sangat berani sampai kepada anak yang sangat pemalu. Ada yang sangat suka untuk menjawab pertanyaan (kalau perlu semua pertanyaan ingin dijawabnya) tetapi ada yang lebih memilih untuk duduk diam sambil terpaku dengan penjelasan kami. Kegiatan microteaching ini merupakan kegiatan yang sangat menantang, kami ditantang untuk menjadi pengajar yang mengerti bahan ajar dan bagaimana kami mentransformasikan ilmu kepada peserta didik. Kami ditantang juga untuk dapat berimprovisasi saat berada di kelas, ada kalanya peserta didik ingin diberikan stimulus yang lain (lain dari yang kami ajarkan) sehingga kami perlu memikirkan stimulus lain agar mereka merespon. Kegiatan kemarin sangat melatih kami menjadi pengajar yang bijak, kami berusaha untuk tetap terstruktur juga  harus berusaha agar tetap fleksibel dengan keadaan kelas. Kegiatan yang sudah kami rencanakan dari awal hingga akhir berjalan cukup lancar, tidak banyak hambatan yang membuat kami putus asa. Overall saya sangat beruntung pernah menjadi bagian dari kegiatan microteaching ini, saya belajar bahwa dalam mentransformasikan sebuah ilmu tidak diharuskan untuk menjalani suatu proses yang sangat kompleks dan menyulitkan tetapi cukup dengan cara yang sederhana namun tujuan yang tercapai yakni agar peserta didik mengerti dengan bahan ajar namun walaupun kemasan atau proses pengajaran yang sederhana.

Rosa Mentari Putri
3 kata yang bisa menggambarkan kegiatan micro teaching yang telah dilakukan kemarin : pengalaman, tantangan, dan pembelajaran. Hal ini tentu saja menjadi pengalaman yang sangat sangat sangat berharga untuk saya. Kegiatan ini adalah pengalaman pertama saya dalam mengajar secara formal walaupun tetap dalam suasana santai. Hal ini juga menjadi tantangan dalam menaklukan hati anak-anak yang beraneka ragam, ada yang manis, pintar, aktif, maupun pasif. Tantangan dalam mencari cara agar mereka lebih aktif dan dapat menerima pelajaran dengan baik. Dan hal ini menjadi pembelajaran agar ketika mengajar dilain waktu menjadi lebih baik, dan telah mengantongi beberapa taktik mengajar yang sepertinya disukai anak-anak. Hehehe.

J. Dokumentasi Video